JAKARTA - Harga minyak dunia tetap stabil pada awal pekan ini, melanjutkan tren kenaikan yang terjadi minggu lalu. Sentimen pasar saat ini masih didominasi oleh ekspektasi investor terhadap hasil pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan China yang dijadwalkan berlangsung di London pada Senin sore.
Harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2025 tercatat bergerak tipis di level US$66,47 per barel pada perdagangan Senin pagi. Angka ini menunjukkan kestabilan harga setelah reli yang terjadi pada minggu sebelumnya. Para pelaku pasar saat ini mengambil sikap menunggu dan melihat (wait and see) menjelang pertemuan dua ekonomi terbesar dunia tersebut, yang dianggap krusial dalam menentukan arah pasar komoditas global, termasuk energi.
Stabilitas Harga Didukung Harapan Perbaikan Hubungan Dagang
Stabilnya harga minyak pada awal pekan ini dipengaruhi oleh optimisme pasar terhadap kemungkinan adanya terobosan dalam hubungan dagang antara AS dan China. Ketegangan yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir telah memberikan tekanan pada pasar global, khususnya komoditas yang sangat bergantung pada aktivitas perdagangan dan manufaktur dunia.
Investor berharap pertemuan di London akan membuka peluang tercapainya kesepakatan baru yang bisa meredakan ketegangan dagang. Hal ini diharapkan akan meningkatkan permintaan global terhadap minyak mentah, seiring dengan pulihnya kepercayaan pasar dan meningkatnya aktivitas industri, terutama di sektor energi dan transportasi.
“Pasar tengah menanti sinyal yang jelas dari pertemuan dagang AS-China hari ini. Jika kedua negara menunjukkan itikad baik untuk meredakan ketegangan, harga minyak bisa naik lebih tinggi,” ujar seorang analis pasar komoditas di Singapura.
Permintaan Global Jadi Penentu Arah Harga
Permintaan minyak dunia juga menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga dalam jangka pendek. Meski sebagian besar negara telah memulihkan aktivitas ekonominya pascapandemi, ketidakpastian global seperti konflik geopolitik, suku bunga tinggi di beberapa negara, serta perlambatan ekonomi di China, masih menjadi hambatan.
Namun, beberapa data terbaru menunjukkan adanya perbaikan permintaan minyak, terutama dari sektor transportasi dan industri manufaktur di Asia dan Amerika Serikat. Musim panas di belahan bumi utara juga mendorong konsumsi bahan bakar, terutama untuk perjalanan darat dan udara.
“Permintaan global terhadap minyak mulai menunjukkan pemulihan, terutama dari sektor transportasi dan logistik. Jika tren ini berlanjut, maka harga minyak memiliki ruang untuk tumbuh lebih tinggi,” ujar analis energi dari sebuah lembaga riset pasar energi global.
Dampak Ketegangan Geopolitik Masih Membayangi
Selain isu perdagangan, pasar minyak juga tidak lepas dari pengaruh ketegangan geopolitik di beberapa wilayah produsen utama minyak. Ketidakstabilan di Timur Tengah, termasuk ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat, serta konflik yang masih berlangsung di beberapa wilayah Afrika, turut menambah ketidakpastian terhadap pasokan global.
Di sisi lain, OPEC+ masih memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan pasar melalui kebijakan pengurangan produksi. Dalam beberapa bulan terakhir, organisasi ini mempertahankan komitmen untuk memangkas produksi sebagai upaya menjaga harga tetap stabil di tengah fluktuasi permintaan.
Namun, pengaruh OPEC+ terhadap harga minyak juga mulai dipertanyakan, mengingat beberapa anggota mengalami tekanan ekonomi domestik sehingga sulit mengikuti kebijakan pemotongan produksi secara konsisten.
Respons Produsen Minyak dan Prospek Jangka Menengah
Produsen minyak global saat ini berada dalam posisi yang cukup waspada. Kenaikan harga minyak memang memberikan keuntungan jangka pendek, namun banyak produsen juga mengantisipasi volatilitas pasar akibat dinamika ekonomi global.
Beberapa perusahaan minyak besar dilaporkan masih menahan diri untuk meningkatkan produksi secara signifikan. Sebaliknya, mereka lebih fokus pada efisiensi operasional dan investasi jangka panjang, terutama pada energi terbarukan sebagai bagian dari transisi energi global.
“Pasar minyak saat ini berada di persimpangan antara pemulihan permintaan dan ketidakpastian geopolitik. Produsen minyak global harus cermat dalam mengambil keputusan strategis,” ungkap seorang analis industri minyak dan gas dari Houston.
Harga Minyak WTI Juga Stabil
Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2025 juga menunjukkan pergerakan yang stabil. Harga WTI bertahan di kisaran US$62 per barel pada perdagangan Senin pagi. Selisih antara WTI dan Brent masih berada dalam kisaran normal, mencerminkan pasar yang relatif seimbang antara pasokan dan permintaan.
Keseimbangan harga ini menunjukkan bahwa pasar masih menilai prospek jangka pendek dengan hati-hati, sambil menunggu perkembangan dari faktor-faktor eksternal seperti pertemuan dagang dan kebijakan ekonomi negara-negara konsumen utama minyak.
Outlook Pasar Minyak ke Depan
Ke depan, pergerakan harga minyak diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain:
Hasil pertemuan dagang AS-China – Jika terjadi kemajuan berarti, harga minyak berpotensi naik lebih tinggi.
Data permintaan energi global – Khususnya dari China, India, dan AS sebagai konsumen utama.
Produksi dan kebijakan OPEC+ – Apakah tetap konsisten dalam pengurangan produksi atau mulai melonggarkan kuota.
Perkembangan teknologi energi bersih – Yang secara bertahap mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Harga minyak mentah global bertahan stabil di awal pekan ini, mencerminkan sikap hati-hati investor menjelang pertemuan dagang antara AS dan China. Dengan Brent berada di kisaran US$66,47 per barel, pasar masih menunjukkan optimisme hati-hati terhadap prospek ekonomi global dan permintaan energi.
Sementara ketidakpastian masih membayangi, hasil pembicaraan antara dua raksasa ekonomi dunia itu bisa menjadi penentu arah pasar dalam beberapa pekan mendatang. Jika terjadi kemajuan yang positif, pasar minyak bisa kembali reli. Namun jika perundingan berakhir tanpa hasil, harga berpotensi kembali tertekan oleh kekhawatiran akan perlambatan global.