JAKARTA - Indonesia menegaskan ambisinya untuk mencapai dua target besar dalam sektor energi: produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) pada 2030 dan Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dua sasaran ambisius ini tentu tidak bisa dicapai dengan langkah biasa. Pemerintah pun menyiapkan strategi ganda: meningkatkan produksi migas sekaligus mempercepat transisi energi bersih.
Plt. Direktur Pembinaan Program Migas melalui Koordinator Kerja Sama Migas, Pinta Uly Talytha Kumy, menegaskan dalam forum Oil and Gas Talk di Jakarta International Expo bahwa pemerintah akan mengerahkan jurus inovatif, teknologi mutakhir, dan kolaborasi global untuk memastikan ketahanan energi nasional.
“Kami terus berupaya mencapai target produksi migas nasional 1 juta BOPD pada 2030 dan Net Zero Emission di sektor energi pada 2060,” kata Pinta, dikutip dari laman resmi Migas.
Teknologi CCUS Jadi Andalan Baru
Salah satu strategi yang menjadi perhatian adalah pemanfaatan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Teknologi ini dianggap mampu memberikan dua manfaat sekaligus: menjaga keberlanjutan lingkungan dan mendongkrak produksi migas.
Menurut Pinta, Enhanced Oil Recovery (EOR) yang termasuk dalam teknologi CCUS bisa meningkatkan produksi minyak dengan memanfaatkan CO₂. “CCUS bukan hanya solusi ramah lingkungan, tapi juga penambah daya gedor produksi migas,” jelasnya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa implementasi CCUS, pembangunan kilang, hingga reaktivasi sumur-sumur idle membutuhkan modal jumbo. “Diperlukan kerangka hukum dan kebijakan, insentif, inovasi teknologi, keterlibatan publik, dan pendekatan internasional,” tambahnya.
Gas Jadi Jembatan Transisi Energi
Optimisme Indonesia juga tercermin dari proyeksi ekonomi yang tetap kokoh di tengah kondisi global. Rizal Fajar Muttaqin, Koordinator Pengembangan Investasi Migas, menyebut pertumbuhan ekonomi nasional diproyeksikan mencapai 5% pada 2025 dan meningkat menjadi 5,4% pada 2026. Angka ini jauh di atas rata-rata global.
Menurut Rizal, gas memiliki posisi strategis sebagai “jembatan” transisi menuju energi baru terbarukan. “Pemerintah saat ini menjadikan gas sebagai jembatan untuk transisi energi, sehingga proyek pembangunan infrastruktur pipa transmisi dibiayai oleh APBN,” ungkapnya.
Langkah ini sekaligus mempercepat pemanfaatan gas domestik yang ketersediaannya cukup besar, sambil mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang lebih kotor.
Ajakan Kolaborasi ke Investor Global
Pemerintah menyadari bahwa target produksi 1 juta BOPD tak mungkin dicapai tanpa dukungan mitra internasional. Karena itu, forum seperti Oil and Gas Talk dimanfaatkan sebagai ajang diplomasi energi, dengan menawarkan peluang pembiayaan, studi bersama, hingga transfer teknologi.
“Kolaborasi sangat penting. Kami membuka diri terhadap investasi, studi bersama, maupun peningkatan kapasitas yang bisa mendukung pengembangan industri migas nasional,” jelas Pinta.
Kesempatan ini menjadi daya tarik bagi investor global karena Indonesia tidak hanya menawarkan potensi cadangan migas, tetapi juga kepastian pasar domestik yang terus tumbuh.
Peran Strategis Migas dalam Transisi Energi
Meski dunia tengah bergerak menuju energi baru terbarukan, industri migas tetap memegang peranan penting. Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Migas Indonesia (ASPERMIGAS), Elan Biantoro.
“Oil and gas yang juga menjadi bagian dari transformasi untuk pergantian ke energi baru dan terbarukan masih sangat penting,” kata Elan. Menurutnya, migas tidak bisa serta-merta ditinggalkan karena masih menjadi pilar utama energi Indonesia.
Forum ini, lanjut Elan, diharapkan bisa menjadi wadah pertukaran ide untuk mencari solusi konkret. Tujuannya agar tren penurunan produksi migas nasional bisa ditekan, sekaligus membuat investasi di sektor ini semakin menarik.
Jalan Panjang Menuju NZE 2060
Upaya pemerintah bukan tanpa tantangan. Di satu sisi, Indonesia harus mengerek produksi migas agar kebutuhan energi tetap terpenuhi dan investasi tetap mengalir. Di sisi lain, ada tekanan global untuk segera beralih ke energi rendah karbon.
Teknologi seperti CCUS, pembangunan infrastruktur LNG, hingga pengembangan pipa gas menjadi jembatan yang bisa menyatukan dua kepentingan: energi yang cukup sekaligus emisi yang lebih rendah.
Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang stabil, posisi gas sebagai jembatan transisi, dan peluang investasi yang luas, Indonesia ingin meyakinkan dunia bahwa target 1 juta BOPD pada 2030 dan Net Zero Emission pada 2060 bukan sekadar mimpi.
Justru, dengan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan investor global, cita-cita ini bisa menjadi tonggak sejarah transformasi energi nasional.